
Di sebuah desa kecil, seorang lelaki tua duduk termenung di depan rumahnya. Namanya Pak Hasan. Dahulu, ia seorang guru yang dihormati. Namun, setelah kehilangan istri dan anaknya dalam kecelakaan, pikirannya mulai goyah. Orang-orang mulai menjauhinya, menyebutnya “gila” dengan tatapan penuh kasihan atau bahkan ejekan.
Tak jauh dari sana, seorang pemuda bernama Ahmad melihat keadaan Pak Hasan dengan hati yang gelisah. Ia teringat sabda Rasulullah ﷺ:
“Tidaklah seorang Muslim menolong saudaranya, melainkan Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Ahmad mendekati Pak Hasan, mengajaknya berbincang, mendengarkan tanpa menghakimi. Perlahan, ia mengajak warga lain untuk kembali merangkul Pak Hasan, bukan dengan tatapan curiga, tetapi dengan kasih sayang. Mereka mulai membantunya berobat, menemaninya shalat berjamaah, dan mengajaknya kembali ke kehidupan sosial.
Dalam Islam, jiwa adalah amanah. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Bukan aib untuk meminta bantuan, bukan pula dosa untuk merawat mereka yang sedang diuji dengan gangguan jiwa.
Hari ini, di antara kita ada banyak “Pak Hasan” lain yang menunggu uluran tangan. Jangan biarkan mereka terpinggirkan, sebab setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Jadilah penolong, bukan penghakim. Sebab, siapa yang memberi kemudahan bagi saudaranya, Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat.
Mari peduli, mari bergerak. Karena Islam adalah agama kasih sayang, bukan pengabaian.